Rafi adalah seorang bocah berusia 10 tahun yang tinggal di sebuah desa kecil. Sejak kecil, ia sangat menyukai sepak bola. Setiap sore, setelah pulang sekolah, ia selalu bermain di lapangan berdebu bersama teman-temannya. Sepasang sepatu bola usang yang diwarisi dari kakaknya adalah harta paling berharga baginya.
Di kamarnya yang sederhana, poster-poster pemain bola terkenal menghiasi dinding. Lionel Messi adalah idolanya. Setiap malam sebelum tidur, ia selalu bermimpi menjadi pemain sepak bola hebat, mengenakan seragam tim nasional, dan mencetak gol di stadion yang penuh dengan sorakan penonton.
Namun, mimpi itu sering terasa jauh. Di desanya, tidak ada akademi sepak bola, dan orang tuanya hanyalah petani sederhana yang tidak bisa membelikan sepatu baru atau membayar biaya latihan. Tapi Rafi tidak pernah menyerah.
Suatu hari, sebuah kabar gembira datang. Ada seleksi pemain muda untuk bergabung dengan sekolah sepak bola di kota. Rafi sangat bersemangat, tetapi ia tahu bahwa pergi ke kota membutuhkan biaya. Melihat tekad anaknya, ayah dan ibunya mengumpulkan uang dari hasil panen untuk membiayai perjalanan Rafi.
Dengan penuh semangat, Rafi mengikuti seleksi. Lawan-lawannya hebat, namun ia tidak gentar. Ia mengeluarkan semua kemampuannya, menggiring bola dengan lincah dan mencetak gol spektakuler. Pelatih yang mengawasi seleksi terkesan dengan kegigihannya.
Beberapa hari kemudian, surat pengumuman tiba. Dengan tangan gemetar, Rafi membukanya. Matanya berbinar—namanya tertera sebagai salah satu pemain yang diterima! Ia berlari ke arah orang tuanya, memeluk mereka erat sambil berteriak, "Aku berhasil, Ayah, Ibu!"
Malam itu, Rafi kembali bermimpi. Tapi kali ini, mimpinya bukan sekadar angan-angan. Itu adalah langkah pertama menuju kenyataan. 🌟⚽
Silakan berkomentar dengan sopan
0 Komentar